Di Susun Oleh: Nurhayati
Nim : 7772150078
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN
AGENG TIRTAYASA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks
ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan
prosesnya ditandai dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pembelajar
baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Sedangkan belajar merupakan proses atau usaha dalam merubah
jati diri seseorang. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya
berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
melakukan tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman
atau latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku
yang bersifat naluriah. Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa, semua
aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan
perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar
pada diri peserta didik. Bicara tentang pembelajaran, prinsip-prinsip
pembelajaran juga diperlukan oleh seorang pengajar, mengingat prinsip belajar
adalah landasan berpikir dan sumber motivasi agar proses belajar dan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
makalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian prinsip belajar?
2. Bagaimana
prinsip-prinsip belajar bagi siswa?
3. Bagaimana
prinsip-prinsip belajar bagi guru?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran”
2. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip
Belajar
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar
dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan
pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat
membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat (Dimyati dan Mudjiono.2006:41).
Banyak tori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang
satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan
dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan indivual.
1.
Perhatian
dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam
kegiatan belajar. Dari kajian belajar pengolahan informasi terungkap bahwa
tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984:
355). Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage
dan Berliner, 1984: 372).
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat.
Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung
tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari
bidang studi tersebut. Motivasi dapat bersifat internal maupun eksternal. B. F.
Skinner dengan operant conditioning-nya. Motivasi dapat bersifat internal artinya
datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari
orang lain, dari guru, orang tua, teman dan sebaginya.
2.
Keaktifan
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan
pengarah. Menurut teori kognetif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat
aktif, jika mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya
saja tanpa mengadakan transformasi.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar
dengan hukum “law of Exercise” yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya
latihan-latihan.
3.
Keterlibatan
Langsung/Pengalaman
Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan
kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling
baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung siswa yang tidak hanya mengamati secara langsung tetapi ia
harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
4.
Pengulangan
Pada
teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme mengungkapkan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Pengulangan dalam belajar akan melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga
berfikir yang akan membuat daya-daya tersebut berkembang.
5.
Tantangan
Teori
Medan (Field Teory) dari Kurt Lwein mengemukakan bahwa siswa dalam situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan tetapi selalu menghadapi hambatan yaitu
mempelajari bahan pelajaran, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu
yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan tersebut
telah diatasi artinya tujuan belajar telah tercapai maka ia akan memasuki dalam
medan baru dan tujuan baru.
6.
Balikan
dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan
penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.
F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi adalah stimulusnya, maka
pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori
belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike. Hasil, apalagi hasil yang baik
akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha
belajar. Namun dorongan belajar itu menurut B. F. Skinner tidak saja oleh
penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan
kata lain penguatan yang positif maupun penguatan negatif dapat memperkuat
belajar. Nilai yang baik merupakan operant conditionang atau penguatan positif,
sebaliknya. Mendapat nilai jelek/buruk akan mendapatkan escape conditioning
penguat negatif. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan
dan penguatan.
Siswa
yang merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan individu
ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. (Soeparlan, dkk.2014:10-16)
B.
Implikasi
Prinsip-prinsip Belajar
1.
Perhatian
dan Motivasi
a. Implikasi
Bagi Siswa
Siswa
dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah
kearah tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu mem-berikan perhatian ini,
menyebabkan siswa harus membangkitkan per-hatiannya kepada segala pesan yang
dipelajarinya.
b. Implikasi
Bagi Guru
Merangsang
atau menyiapkan baha asar yang menarik. Mengkondisikan proses belajar aktif.
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya kebutuhan
untuk dihargai, tidak merasa tertekan)
2.
Keaktifan
a. Implikasi
Bagi Siswa
Berwujud
perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,
menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, karya
tulis, membuat klipping dan perilaku lainnya.
b. Implikasi
Bagi Guru
Memberikan
kesempatan melakukan pengamata, penyelidikkan atau inkuiri dan eksperimen.
Serta memberikan tugas indivual dan kelompok melalui control guru.
3.
Keterlibatan
Langsung/Berpengalaman
a. Implikasi
Bagi Siswa
Dengan
keterlibatan langsung ini secara logis akan menyebabkan siswa memperoleh
pengalaman. Contohnya siswa melakukan reaksi kimia pada suatu zat.
b. Implikasi
Bagi Guru
c. Menggunakan
media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan
atau eksperimen.
4.
Pengulangan
a. Implikasi
bagi siswa
Implikasi
adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu ma-cam permasalahan. Dan
semoga siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan
b. Implikasi
bagi guru
Merancang
kegiatan pengulangan dan mengembangkan soal-soal latihan dan bervariasi.
5.
Tantangan
a. Implikasi
Bagi Siswa
Implikasi prinsip
tantangan bagi siswa adalah tuntutan yang dimiliki dan kesadaran pada diri
siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah
pesan. Siswa juga harus memiliki keingintahu-an yang besar terhadap segala
permasa-lahan yang dihadapi.
b. Implikasi
Bagi Guru
Memberikan
tugas-tugas pemecah masalah kepada siswa.
6.
Balikan
atau Penguatan
a. Implikasi
Bagi Siswa
Segera
mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, dan menerima ke-nyataan terhadap
nilai yang dicapai.
b. Implikasi
Bagi Guru
Memberikan
kepada siswa jawaban yang benar, serta mengoreksi sekaligus membahas pekerjaan
siswa.
7.
Perbedaan
Individual
a. Implikasi
Bagi Siswa
Menentukan
tempat duduk di kelas, menyusun jadwal pelajaran.
b. Implikasi
Bagi Guru
Para
siswa harus terus didorong dalam memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya
mampu merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan.
C.
Prinsip
Pembelajaran Kompetensi
Mengajar atau membelajarkan siswa bukan pekerjaan
sampingan tetapi membutuhkan keahlian, kesungguhan, pengetahuan, keterampilan
dan seni. Membelajar siswa bersifat unik sebab siswa itu individu manusia yang
memiliki karakteristik yang kompleks. Setiap siswa memiliki potensi dan
kecakapan berpikir dan keterampilan yang berbeda, semua itu membentuk
kepribadian yang kahs dan unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Seorang guru dihadapkan kepada situasi keragaman karakteristik siswa. Secara
psikologis tidak ada individu yang sama, yang ada adalah aneka ragam individu.
Oleh karena itu, mengajar merupakan ilmu dan seni sebab ilmu mengajar saja itu,
tidak cukup diperlukan juga seni mengajar. Seni mengajar merupakan kreativitas
guru menemukan pendekatan atau model mengajar yang memungkinkan setiap siswa
mengembangkan potensi, kecakapam dan karakteristiknya secara optimal.
Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang
mendasari dan menjadi sebab-sebab terjadinya belajar. Dengan perkataan lain
apabila suatu prinsip tidak nampak dalam kegiatan pembelajaran, maka proses
belajar itu tidak akan terjadi secara efektif dan berhasil sesuai dengan
harapan. Efektivitas belajar berkaitan dengan suasa belajar yang menyenangkan
seperti ciptakan kondisi terbaik untuk belajar, bentuk presentasi yang
melibatkan seluruh indra, berfikir kreatif dan kritis untuk membantu proses
internalisasi dan beri rangsangan dalam mengakses materi pelajaran (gordon and
vos, 2000). Ada beberapa prisnsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara
lain:
1. Proses
pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau
mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan dimaksudkan
untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan
fakta-fakta. . Struktur kognitif akan tumbuh dan berkembang manakala siswa
memilki pengalaman belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran kompetensi
menuntut aktivitas siswa secara penu untuk mencari dan menemukan sendiri.
2. Berhubungan
dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajar, ada tipe pengetahuan fisis,
sosial dan logika (Bruce weil, 1980). Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis
dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar, kecil, serta begaimana
objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh
melalui pengalaman indera secara langsung. Misalkan anak memegang logam yang
bersifat keras dan memegang kain sutra yang bersifat halus. Pengetahuan sosial
berhubungan dengan perilaku individu dalam mempengaruhi interaksi sosial,
contohnya pengetahuan tentang aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain
sebagainya .
3. Pembelajaran
dalam konteks kompetensi harus melibatkan peran lingkungan sosial. Anak akan
lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri.
Melalui pergaulan dan hubungan sosial anak akan belajar lebih baik dibandingkan
dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial. Oleh karena itu, melalui
hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman
memungkinkan mereka terus berkembang secara wajar.
4. Pembelajaran
melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan
dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi akademik,
kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi temporal. Itu
sebabnya makna pembelajaran KBK bukan
hanya mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah materi pelajaran, akan
tetapi bagaimana agar anak itu memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu
menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan
masyarakat (Sanjaya, 2005).
Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang
dikembangkan dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam rangka
menunjangn hasil belajar yang efektif dan efesien, menurut Puskur (Balibang
Depdiknas, 2002) rambu-rambunya sebagai berikut.
1. Kesempatan
untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin pengalaman siswa untuk
secara langsung mengamati dan mengalamiproses, produk, keterampilan dan nilai
yang diharapkan.
2. Pengetahuan
awal siswa, kegiatan pembelajaran perlu mengaitkan pengalaman belajar yang
dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa serta disesuaikan dengan keterampilan
dan nilai yang dimiliki siswasambil memperluas dan menunjukkan keterbukaan cara
pandang dancara tindak sehari-hari.
3. Refleksi,
kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang bermakna yang mampu
mendorong tindakan dsn renungan (refleksi) pada setiap siswa.
4. Memotivasi,
kegiatan pembelajaran harus mampu menyediakan pengalaman belajar yang memberi
motivasi dan kejelasan tujuan.
5. Keragaman
individu, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman pembelajaran yang
mampu membedakan kemampuan individu yang satu dengan yang lain sehingga variasi
metode mengajar mutlak diperlukan.
Kemandirian dan kerjasama, kegiatan pembelajaran
perlu menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk belajar mandiri maupun melakukan kerjasama.
1. Suasana
yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif
untuk menciptakan situasi agar siswa belajar secara efektif.
2. Belajar
untuk kebersamaan, kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang
mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati, dan roleransi bagi orang lain.
3. Siswa
sebagai pembangun gagasan, kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajar
yang mengakomodasikan pandangan bahwa pembangunan gagasan adalah siswa,
sedangkan guru hanya sebagai menyediakan kondisi supaya peristiwa belajar tetap
berlangsung.
4. Rasa
ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan, kegiatan pembelajaran menyediakan
pengalaman belajar yang menumpuk rasa ingin tahu, mendorong kreativitas, dan
selalu mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
5. Menyenangkan,
kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan
siswa, seperti pembelajaran kuantum.
6. Interaksi
dan komunikasi, kegiatan pembelajaran perlumenyediakan pengalaman belajar yang
meyakinkan siswa terlibat secara aktif baikmental, fisik maupun sosial.
7. Belajar
cara belajar, kegaiatan pembelajaran kompetensi memerlukanpengalaman belajar
yang memuat keterampilan belajar, sehingga siswamenjadi terampil belajar
bagaimana cara belajar.
Pembelajaran kompetensi dapat terlaksana secara
optimal, dalam arti mencapai sasaran kompetensi standar dalam implementasi dan
pengembangan jika memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran kompetensi menurut
Sukmadinata (2004) harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Agar
setiap siswa dapat menguasai kompetensi standar perlu disediakan waktu yang
cukup dengan program pembelajaran yang berkualitas.
2. Setiap
siswa memiliki kemampuan untuk menguasai kompetensi yang dituntut, tanpa
memperhatikan latar belakang pengalaman pendidikan dan pengalaman mereka.
Dengan
penyelenggaraan program pembelajaran yang baik dan waktu yang cukup maka
setiap siswa dapat mencapai hasil yang ditargetkan.
3. Perbedaan
individual dalam penguasaan kompetensi diantara siswa, bukan saja disebabkan
karena faktor-faktor diri siswa tetapi karena ada kelemahan dalam lingkungan
pembelajaran.
4. Setiap
siswa mendapatkan peluang yang sama untuk memiliki kemampuan yang diharapakan,
asal disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing. Setiap siswa dapat menguasai
kompetensi yang diharapkan asalkan rancangan dan pelaksanaan program
pembelajaran sedekat mungkin diarahkanpada pencapai sasaran pembelajaran.
5. Apa
yang paling berharga dalam pembelajaran adalah berharga dalam belajar.
Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan agarpara siswa terjadi belajar secara
optimal. Jika ada siswa yang gagal dalam belajar disebabkan kesalahan rencana
dan pelaksana pendidikan, perlu dicari penyebab dan terus disempurnakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Prinsip belajar adalah landasan berpikir dan sumber
motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik.Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan indivual.
B.
Saran
Sebagai seorang pemula, kemungkinan makalah ini
masih terdapat kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran guna
memperbaikinya. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk
memperbaiki atau memperdalam tentang ilmu ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran Cet.
III.Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.
Kasyadi, Soeparlan dan dkk.2014.Strategi Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Pustaka
Mandiri
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar & Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sagala Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta.
2009. Bandung
Mudjiono
dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran.
Rineka Cipta. 2009. Jakarta.
Rohani Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. 2004. Jakarta.
Prof, Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi Pendidikan. Alfabeta. 2 012. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar